Minggu, 18 Oktober 2009

Kok ga lihat orang Indonesia?

Hari ini, saya jalan sama pacar. Kami ke restoran favorit yang menyajikan Pancake.

Begitu masuk, keadaan dalam restoran rame banget. Kebetulan lagi ada yang ngadain pesta ulang tahun. Akhirnya kami ga duduk di tempat biasa deh.

Setelah lama, kami baru sadar. Awalnya yg kami bahas, "hem, ngomong2 ga ada yg pake jilbab ni Yah, ini halal kan ya? Hihihi"

Beberapa saat kemudian, "Yah, kok ga ada orang pribuminya ya?"
"Iya ya, Nda."
"Kita masih di Indonesia kan?"
"Harusnya"

Serius, saya malah jadi ngerasa asing di negeri sendiri. Bukan orang-orang pribumi yg saya lihat, melainkan orang lain. Kami lihat lebih teliti lagi, beneran ga ada. Kenapa ya? Kok bisa kita ngerasa ga nyaman di rumah sendiri ya? Padahal ni, kenapa kami suka disitu karena awalnya tida terlalu rame, jadi terkesan dan terasa eksklusif. Enak.

Setelah itu, kami mampir ke Mall favorit niatnya untuk nonton. Wuiihhh, ruaaaaaaameeeeeeee buanget. Fiuh, ini mall perasaan tadinya sepi deh, makanya kami dan keluarga suka kesitu, lengkap, dekat rumah, dan ga rame. Tapi sekarang...????

Tumben banget kami susah dapet parkir. Ini luar biasa.

Akhirnya kami melihat ada mobil yang keluar, langsunglah pacar menghidupkan sen. Sekonyong-konyong, ada mobil sedan T yang nyerobot. SUMPAH NGESELIN BANGET! Wong jelas2 kami duluan, dan dia lihat itu, eh dia malah langsung pasan bodi. GA BERMORAL!

"Ya sudahlah, bukan rezeki kita. kita cari lagi ya."
Ni dada sesek banget. Dan yang mengemudi adalah orang yang serumpun dengan yang saya lihat di restoran sebelumnya. Tiba-tiba jadi muncul rasa benci pada mereka.

Kami akhirnya dapet tempat yg lumayan deket dengan eskalator. Karena kesalnya kami, kami sampai punya niat untuk ngebaretin mobil tadi.

Sesampainya di bioskop, Aaaarrrrggghhhh penuh banget. Dan setelah dilihat, dimulai dari baris pertama antrian sampai baris akhir, tidak ada orang pribumi. Bagaimana bisa?
Saya pun mencoba jalan menyusuri bioskop dan mulai melakukan riset spontan. Serius, mulai dari pintu masuk bioskop sampai sudut paling dalam bioskop, cuma ada 1 orang pribumi dibanding 15 orang non pribumi.

Kok sedih ya ngeliatnya? Entah kenapa, saya sedih. Ini dimana sebenarnya?

Setelah keluar bioskop, kami masih berniat untuk ngebaretin mobil tadi. Kami datangi, tapi urung kami lakukan. Kami pikir, "berarti kita sama kayak dia dong, Nda."
"Iya ya, Yah"
"Lagian liat tu, mobilnya udah penyok dimana-mana."

Ga jadi deh.

Setelah itu, kami ke restoran favorit kami lainnya karena lelaki ini belum kenyang kalau belum makan nasi. Kalau di tempat ini, sudah lama kami perhatikn tidak ada orang pribumi yang makan disini. Ehmmm...kami perkirakan 3 kali kesini, cuma satu kali kami melihat ad orang pribumi di salah satu meja dari sekian banyak meja yg terisi orng non pribumi. Padahal restoran ini menyajikan makanan Indonesia banget lho. Tapi mana orang pribuminya ya?

Dibahaslah sama kami di mobil. Jadi benci ma mereka, karena banyak yang kelakuannya semena2, padahal mereka yang salah.

Tapi ga bisa gitu juga ya. Kami jadi nyebutin nama2 orang yang 'serumpun' tapi sifatnya baik. Juga kami mengingat2 kejadian2 dimana salah satu dari mereka justru bersikap jauh lebih baik dari orang pribumi.

Nggak bisa kita menilai orang general gitu. Apalagi langsung bawa2 nama suku, ras, dan agama. Ga ada yang sama. Jadi jangan Pars Pro Toto (Hihi bener ga sih? Lupa.), jangan karena melihat sebagian jadi menilai keseluruhan. No No No.

(n_n)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar